Seolah sudah menjadi kesepakatan sosial bahwapemerkosaan menempatkan pria sebagai pelaku dan wanita sebagai korban. Tapi,kesepakatan ini segera luruh setelah kita mendengar kisah pemerkosaan diZimbabwe.
Seperti dikutip Telegraph, sejumlah medialokal memberitakan belakangan ini ada banyak kasus wanita yang nekat melakukanpemerkosaan demi mendapatkan sperma dari seorang laki-laki. Wanita-wanita ituterjebak mitos "Juju" yang menempatkan sperma sebagai simbolkeberuntungan.
Susan Dhliwayo, 19, seorang wanita asalZimbabwe merasakan efek buruk dari pemberitaan itu. "Sekarang banyak priatakut jalan dengan wanita yang baru dikenal. Mereka tidak percaya lagi denganwanita," katanya.
Sejumlah wanita yang mempercayai mitos sesatitu kerap menyasar pria pendatang. Mereka nekat memberi obat stimulan seksuallalu memaksanya melakukan hubungan intim di bawah ancaman. Kasus ini merebaksejak 2009.
Banyak sosiolog di negara itu mengungkapkanbahwa sperma-sperma yang terkumpul akan digunakan untuk ritual tradisional demimendapatkan keberuntungan dalam segala hal--mulai dari memajukan bisnis, hinggamelindungi diri dari penjahat. "Sungguh tak masuk akal," kata seorangsosiolog dari Universitas Zimbabwe, Tonton Ruparanganda.
Kasus ini bahkan menarik perhatian kelompokhak asasi wanita di negara tersebut. Mereka mengritik media yang seolah-olahtelah menghakimi semua wanita sebagai pemerkosa. Mereka mengingatkan ada banyakkasus kekerasan terhadap wanita yang belum terselesaikan. "Yang seharusnyamenjadi fokus adalah bagaimana menyelamatkan wanita-wanita itu dari jebakanritual sesat."