Sejumlah warga Surabaya menjadi sasaranserangan Paederus riparius, jenis serangga berwarna merah-hitam yang populer dengansebutan Tomcat. Mereka merasakan sensasi terbakar di kulit seiring munculnyabentol-bentol merah mengandung cairan seperti nanah.
Yang perlu diwaspadai bukan hanya racun yangkeluar saat menggigit, tapi juga gesekan sayap yang memperparah rasa gatal.
"Racun yang dikeluarkan serangga itujenis zat asam sehingga membuat gatal, iritasi, membuat kulit melembung,"kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Budi Rahayu, kepada VIVAnews.
Habitat serangga jenis Arthropoda itu palingbanyak di rerumputan atau semak, dan lampu yang menyala di malam hari.Karenanya, biasakan menutup pintu dan jendela rumah, dan kalau perlu gunakankelambu saat tidur untuk mengurangi risiko serangan Tomcat.
Budi mengimbau masyarakat untuk menghindarikontak langsung dengan jenis serangga tersebut. Namun, tak perlu panik jikaterlanjut terkena gigitan. Cukup mencuci bagian permukaan kulit dengan airsabun, lalu oleskan salep untuk menghilangkan gatal atau alergi. Jangan garukuntuk menghindari infeksi.
Pengamat Hama Dinas Pertanian Kota Surabaya,Radix Prima, menambahkan bahwa Tomcat memiliki senjata untuk melumpuhkan lawandengan menggeluarkan kelenjar toksin. "Itu ada di belakang tubuhnya,berupa cairan," kata Prima.
Meski demikian, Tomcat merupakan sejeniswereng yang justru 'bersahabat' dengan petani. "Habitatnya di semak-semak,tempat yang lembab dan keluarnya pada malam hari. Termasuk di genangan airbersih, serta sangat suka di sinar lampu," kata Radix.
Terkait munculnya sejumlah kasus di Surabaya,Budi belum bisa menyebutnya sebagai wabah. "Selain tidak terjadi di banyaktempat, juga tidak ada data resmi terkait laporan orang-orang yangmengalaminya," kata Budi.